Tampilkan postingan dengan label magister profesi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label magister profesi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Juli 2017

Pengalaman Tes Pascasarjana Psikologi Profesi UGM

Assalammu'alaykum

Setelah berkarya 1 tahun 9 bulan di Semarang, Allah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Dan pilihan melanjutkan jatuh pada UGM yang jaraknya sekitar 4 jam dari Semarang.

Kenapa harus UGM? Karena salah satu universitas negeri terbaik Indonesia, biaya murah (dibandingkan negeri yang lain di Jawa), akreditasi profesi psikologinya A, dan lokasi yang lebih dekat dengan kantor (karena alhamdulillah kantor mau biayai saya kuliah hehe).

Teman-teman banyak yang bertanya, kalau alasan dekat kantor, kenapa tidak ambil di UNIKA Soegijapranata? Yah... ada beberapa pertimbangan, salah satunya akreditasi dan lingkungan pendidikan.
Saya dicekoki kisah-kisah lingkungan pendidikan yang sangat madani di UGM oleh teman-teman yang sudah masuk sana. Sehingga saya terpincut hehe. Alhamdulillah atasan mengizinkan, meski diwajibkan sesekali kembali ke Semarang untuk bantu-bantu.

Seleksi tes mapro (magister profesi) UGM, cukup rumit persiapannya.
Tidak hanya persiapan tes Kemampuan Bahasa Inggris dan Potensi Akademik saja, tapi juga ada Tes Kemagisteran & Keprofesian Dasar dan dilanjutkan dengan Tes Kepribadian berbentuk LGD dan wawancara.

Untuk tes-tesnya, UGM menetapkan standardisasi institusi yang dapat mengeluarkan hasil tes. Misal TOEFL ITP harus dari IIEF atau lembaga standar lainnya. Ini jelas agak berbeda dengan salah satu kampus yang.... dari curhatan rekan saya, TOEFLnya bisa dikarang (tanpa tes dan dapat hasil bagus). Saya tidak tau apakah ada juga yang memalsukan  untuk masuk UGM, tapi hal tersebut sudah sangat diminimalisir oleh UGM.

Untuk TOEFL alhamdulillah saya sudah pernah ikut tes resmi dari IIEF Agustus 2015. Saat itu rencananya mau ikut LPDP hehe. Tapi takdir berkata lain :)
Skor TOEFL saya alhamdulillah juga sudah memenuhi (minimal 400 saat saya mendaftar), jadi saya tinggal menggunakan itu untuk mendaftar (meski batas berlakunya sudah hampir habis)

Hanya TPA nya yang saya belum :(
Sehingga ditengah-tengah pekerjaan saya ambil cuti untuk tes TPA nya UGM (PAPS). Model tesnya sudah banyak blog yang review dan saya sudah coba belajar sekitar 2 minggu sebelum tes dengan membeli buku tes TPA hehe.

daaaan saya merasa yang namanya Tes Potensi Akademik tetap menguji kemampuan potensi kapasitas intelektual (dalam segi verbal, kuantitatif, dan nalar) kita, meski gimanapun belajar hehe. Saya tes malah merasa pening saat keluar ruangan :( Tapi alhamdulillah hasilnya bisa melebihi skor minimal.

Saya sempat baca blog yang merasa tidak percaya diri untuk ikut TPA, karena pasti dia akan mengulang beberapa kali untuk dapat skor setidak2nya minimal (saat saya mendaftar, minimal 450).

Tapi kalau kamu merasa sangat ingin untuk belajar di UGM, menurut saya jalani saja dulu, karena bagaimanapun hasilnya, angka minimal itu masih bisa kamu kejar saat keberjalanan kuliah nanti. Jadi UGM tetap bisa menerima kamu meskipun nilai TPA dan TOEFL belum memenuhi saat seleksi. Tapi syaratnya, sebelum sidang, kamu harus sudah memenuhi skor minimal itu hehe.

Jadi, jika kamu bisa yakin pada diri sendiri dan takdir sudah berkehendak, semangat yaa! insyaAllah UGM tidak sejahat itu :)) UGM justru ingin kamu berkembang saat mereka merasa cocok dengan kepribadianmu. Optimis ya!

Kemudian, tibalah mendekati hari tes tertulis dan LGD-Wawancara. Saya dapat 1 hari full (tertulis jam 08.00-10.00) dilanjutkan LGD-wawancara (13.00-15.00). Jadwal ini ditetapkan oleh UGM sendiri, ada rekan saya yang dijadwalkan 2 hari, ada yang sehari tapi baru mulai jam setelah saya (15.00 -17.00)

Daaan H-2 tes, SOMEHOW SAYA KENA CACAR AIR.
yaampun ini cobaan banget huhu. Cacar air itu virus nakal yang bikin pasiennya lemas, demam dan pusing, selain karena bintil2 cacarnya dan lebih buruknya lagi adalah virus itu mudah sekali nular ke orang lain.

Meski sempat ragu antara berangkat atau engga, saya dapat penguatan dari orangtua dan atasan saya. Mereka bilang intinya "sudahlah. ikhtiar saja dulu". Dan majulah saya ke medan perang tanggal 11 Juli 2017 dengan bintil-bintil cacar air yang lucu itu. Alhamdulillah cacar saya dikira jerawat haha dan saya sukses tidak menularkan ke siapapun (termasuk teman-teman seperjuangan saya yang dengan mudahnya sentuh-sentuh saya padahal mereka belum pernah terkena cacar air).

Tes pertama, tes tertulis Kemagisteran dan Keprofesian Dasar. Ternyata ini tesnya serempak semua bidang (klinis, pio, pendidikan).

Saya cari review blog-blog lain dan tanya teman-teman yang sudah pernah tes. Jawabannya berbeda-beda untuk tesnya. Tapi pada intinya yakni mengenai Psikodiagnostika dan Kode Etik Profesi. Meski cacar dan demam, saya berusaha belajar. Salah satunya meminta teman saya merangkum via voice note whatsapp hehehe. Katanya lagi... akan ada tes kasus yang berbentuk essay. Haduh saya sudah lama tidak pegang PPDGJ karena bidang saya PIO, jadi saya hanya belajar singkat saat malam dan pagi sebelum tes.

Tibalah pagi saat saya tes, Bentuk tesnya adalah pilihan ganda sekitar 60-100 pertanyaan (maaf lupaaa berapa). Dan yang membuat kaget adalah.....  tidak ada soal essay, dan yang pertanyaan mengenai psikodiagnostik dan kode etik sedikit sekali. Justru banyak mengulang pelajaran S1 dulu, yakni: biopsikologi (neuron dan amigdala!?) psikometri, psikologi perkembangan (teori Piaget!), psikologi sosial (penelitian Miller!?), psikodiagnostik itu sendiri, dan ada kasus-kasus terapan setiap bidang (ada semua: klinis, pio, dan pendidikan) yang menurut saya itu mendalam sekali untuk
pengujian lulusan S1 :(

Kalau soal PIO saya percaya diri hehe, tapi soal bidang yang lain, noo :( sulit.

Saya sudah selesai mengerjakan pukul 09.30 dan memeriksa jawaban kembali sampai jam 10.00. Jujur banyak yang saya ganti jawabannya hehe.

Saya kagum dengan UGM yang mampu membuat pembedaan soal tes tertulis ini setiap tahun. Saya sempat baca ada saat dimana lebih banyak ditanya tentang tes psikologi, ada saat dimana ada soal essay dan LGD nya tentang soal tersebut, tahun 2016 pun ada pilihan ganda yang sangat sulit dan ditambah dengan essay kasus per bidang. Dan voila, seleksi 2017 datang dengan full pilihan ganda namun kasusnya sangat mendalam yang juga berbentuk pilihan ganda hiks.

Setelah tes, saya kembali ke penginapan untuk ishoma dan saya memperdalam lagi tentang lembar proyeksi yang saya buat. Dari blog lain disebutkan bahwa salah satu yang ditanya adalah proyeksi yang sudah kita tuliskan. Saya sampai mencari dasar2 teori calon tesis saya dari jurnal-jurnal haha. Niat banget!

Yak jam LGD sudah mau dimulai dan saya menuju ruangan yang diminta. Urutan kelompok LGD nya berdasarkan absen saat tes tertulis pagi tadi ternyata. Saya berkenalan dengan calon rekan-rekan LGD saya, jumlahnya 6 orang termasuk saya, dengan rincian 5 perempuan dan 1 laki-laki.
Kami sempat ngobrol-ngobrol sebelum dipanggil masuk ruangan, sehingga saya sudah agak kenal dengan rekan-rekan LGD saya dan dapat meminimalisir kecanggungan.

Saat dipanggil masuk, kami semua masuk kemudian diminta menuliskan nama di name tag dan memakainya. Saat awal, kami dibagikan kasus industrial (sesuai bidang) dan harus menyelesaikan sendiri-sendiri terlebih dahulu. Setelah itu baru kami diskusikan.

Pass pembukaan, Bapak Asesornya menyatakan bahwa ini LGD dan tidak ada yang memimpin pada keberjalanan diskusi. Hal ini somehow membuat saya meminimalisir keinginan untuk memimpin. Tapi karena tidak ada yang memulai/membuka LGD nya, saya mau tidak mau berinisiatif untuk membuka hehe. Di tengah perjalanan, saya lebih berusaha untuk tidak terlalu dominan dalam menjawab dan terbuka pada saran teman2. Keberjalanan LGD kami menurut saya sangat mengalir dan terbuka, tidak ada yang terlalu dominan maupun terlalu inferior, semua orang dapat memberikan pendapatnya, meski masih ada saja yang cenderung pasif.

Selesai LGD, kami diminta keluar ruangan karena akan memulai wawancara. Fiuh hal yang sangat saya takutkan. Karena dari draft protap seleksi, 60% rekomendasi adalah berasal dari LGD dan Wawancara ini.

Sebelum giliran saya wawancara, saya berbenah penampilan dulu. Ke toilet dan betul-betulkan jilbab agar lebih rapi. Meski sebenernya juga mules karena deg-degan hehe.

Tiba giliran saya wawancara, asesornya sama dengan asesor LGD. 2 orang psikolog laki-laki. Pertanyaannya?
1. Komitmen
2. Komitmen
3. Komitmen
hehe sebenernya banyak stimulasi pertanyaannya, tapi saya simpulkan mereka mencari komitmen saya apakah saya akan berhenti di tengah perkuliahan atau tidak. Mereka cerdas, ngga bertanya "bagaimana komitmen kamu?" tapi lebih banyak lagi stimulasinya.

Semua logika saya hampir bisa dibantah dan dialihkan :( Jadi harus teguh pendirian namun berusaha menjelaskan dengan santun. Susah sekali menurut saya. Sesekali asesor tertawa semacam "ngece", yah sebenernya ngece nya sering sekali. Bahkan bapak bapak itu ngece terus sepanjang wawancara. Mungkin menguji respons saya juga :(

Ya sudahlah. Saya menguatkan diri saja. kalaupun tidak diterima ya tidak apa-apa. Toh saya sudah siapkan Plan B. hehe. Lagian saya juga tes sambil cacar air (dasar nyari-nyari alesan hehe).

Pengumumannya seminggu setelahnya. Dicek di akun pendaftaran masing-masing. Awalnya pengumuman jam 20.00. Kemudian di akun saya diberitahukan jam 23.59.
Saya teleponan dengan teman seperjuangan saya, dan DIA SUDAH BISA BUKA PENGUMUMAN padahal masih jam 19.00.

Teman saya itu sangat belajar untuk tes tertulisnya. Tapi saya ngga tau preparing dia untuk LGD dan wawancara. Sayangnya dia tidak diterima, jadi yg tertera adalah kata "Maaf" di laman pengumumannya.

Dan saya?
alhamdulillah sujud syukur, UGM sudi menerima saya untuk mendapatkan ilmu dari mereka.
Saya tau untuk masuk saja perjuangannya seperti ini hehe, mohon doakan untuk perjuangan lulusnya :))

Kepada teman-teman yang akan ikut seleksi, menurut saya percaya diri dan preparing adalah hal yang penting. Meski preparing nya tidak nyambung, tapi itu tetap membantu. Karena pada beberapa kondisi, saya bisa mengutarakan apa yg sudah saya siapkan.

Saya percaya draft ketentuan seleksi itu bahwa 60% ada di LGD dan wawancara. Sehingga lebih baik memusatkan diri kesana. Menurut saya, lebih banyak wawasan dan pengalaman, akan memberikan lebih banyak kesempatan untuk menjawab dengan lebih baik. Sehingga tidak ada salahnya membaca kasus-kasus yang berkaitan dengan bidang yang akan dituju.

Saran saya lebih lanjut adalah, daripada suwung menunggu seleksi kuliah, cobalah berkecimpung dan mengarungi bidang yang akan dituju sesuai passion. Misal, saya bekerja di biro psikologi bidang PIO. Atau teman saya yang ingin klinis, dia magang di RSJ.

Kenapa? karena pengetahuan itu akan membantu kita. Selain membantu dalam proses seleksi, juga akan membuat kita lebih mampu memahami dan menjawab basic "apa yang akan kamu cari saat kuliah" dan "apa yang akan kamu lakukan setelah mendapatkan ilmu dan gelar".

Demikian.
Maaf panjaaaaang hehe

Salam,
CalistaClara

Change your blog's design using HTML or CSS

Change your  blog's  design using HTML or CSS